Mentari telah
menyorotkan sinarnya ke wajahku ketika gorden hendak ku buka. Tepat pukul 07.36
wib aku terbangun, mengumpulkan nyawa dan bergegas meninggalkan tempat
favoritku, kasur. Hari Selasa, 17 April 2013 aku dipaksa bolos kuliah dengan
alasan:
“Mumpung Ayah di
rumah, mumpung ada nenek mu di sini, dan mumpung Ayah mu mau diajak pergi.
Jadi, kapan lagi kita pergi ke puncak setelah sekian lama.” Dengan segala ke-mumpungan yang ada Ibu membujuk aku yang
tumben-tumbennya bersemangat kuliah saat itu. amat sangat terpaksa, aku bolos.
Pergi ke Puncak
tanpa tujuan yang lebih spesifik tentu akan menjadi hambar. Hanya melihat
pemandangan pohon cemara, melihat luasnya kebun teh atau tergiur dengan
berbagai makanan khas sunda di sana. Mendengar kata Puncak teringat pula dengan
Taman Safari. Namun sayangnya, gerbang Taman Safari sudah terlewatkan.
Akhirnya, saya dan keluarga memilih Taman Bunga Nusantara sebagai pilihan
terakhir.
Sudah melewati
Taman Safari, sudah juga melewati Puncak pas. Menuju Taman Bunga Nusantara
membutuhkan waktu yang cukup lama dari Puncak pas. Keberadaannya yang sedikit
terpelosok, jalanan yang hancur dan banyaknya penjual sayur mayur dan
buah-buahan mungkin yang menyebabkan akses jalan menuju Taman Bunga Nusantara
ini membutuhkan waktu yang cukup lama.
Sebuah gapura
besar berwarna hijau tua berdiri tegak menyambut kedatangan para pengunjung.
Bertuliskan Taman Bunga Nusantara berwarna putih yang sudah memudar. Aku
memasuki sebuah gerbang besar yang dijaga oleh seorang petugas berseragam hijau
disertai topi, sepatu boots dan atribut lainnya. Petugas mirip seperti ABRI.
Karena menggunakan mobil, aku dikenai biaya Rp5.000 per mobil belum termasuk
orang di dalamnya. Ya, istilah lainnya biaya untuk parkir mobil.
setelah melewati
gerbang, mata dan telinga sudah dialihkan dengan sebuah patung angsa berukuran
besar yang dibaluti oleh rangkaian tamanan rumput-rumputan dan bunga warna-warni
serta suara yang menyerupai binatang aslinya. Parkiran tampak tak ramai dengan
mobil para pengunjung. Namun, tidak lama ketika saya hendak membeli tiket
masuk, sebuah rombongan dengan dua mobil datang tapi tetap tidak begitu
meramaikan Taman Bunga Nusantara.
Perjalananku di
Taman Bunga Nusantara pun dimulai. Untuk memasuki Taman Bunga Nusantara hanya
dikenakan Rp 25.000 per kepala. Bila ingin berkeliling Taman dengan menggunakan
mobil safari pengunjung hanya dikenakan Rp 35.000 per kepala. Karena saya ingin
menikmati Taman Bunga ini lebih dalam, saya memilih berkeliling taman dengan
berjalan kaki.
Taman Bunga
Nusantara diresmikan oleh ibu Tien Soeharto pada 10 September 1993.
Setelah melewati
pintu masuk pengunjung langsung dihidangkan oleh sebuah taman luas dengan
beragam warna-warni bunga yang dibuat beragam bentuk. Yang aku lihat pertama
kali saat memasuki Taman bunga adalah sebuah kolam panjang yang di ujung kolam
terdapat air terjun mini disertai bunga-bunga yang bermekaran berwarna-warni
mengelilingi kolam tersebut.
Menoleh sedikit
pandangan ku ke sebelah kanan, mataku kembali dimanjakan dengan sebuah taman
yang berbentuk buruk merak. Dimana bagian kepala burung merak itu dibuat 3D dan
bagian buntut dihiasi dengan bunga berwarna merah. Persis seperti burung merak
sesungguhnya.
Tidak jauh dari
taman burung merak, terdapat taman masih dengan konsep 3D dimana tanaman dan
bunga dibentuk menyerupai dua dinosaurus yang sedang bertatap-tatapan. Dari
kejauhan aku juga bisa melihat taman yang tanaman dan bunganya dibentuk
menyerupai binatang lainnya.
Belum merasa
puas melihat indahnya Taman Bunga Nusantara, aku pun melanjutkan perjalananku
mengelilingi taman-taman bunga disekitarnya. Aku menemukan sebuah danau buatan
yang ukurannya cukup besar. Di hiasi dengan rintik-rintik gerimis yang
tergambar di air danau, aku melihat tiga angsa berwarna hitam sedang berbaris
berenang di pinggiran danau. Tidak jauh dari situ, aku melihat tiga angsa
berwarna putih sedang berenang-berenang di tengah danau.
Masih merasa
penasaran, aku kembali melanjutkan perjalananku. Di sana udara amat sangat
sejuk. Wangi rerumputan basah sangat tercium. Suara air mengalir juga sangat
terdengar merdu. Suasana damai sangat terasa. Aku melewati jalan setapak yang
di sebelah kanan kirinya terdapat pohon beringin. Rerumputan sekitar jalan
setapak pun berwarna hijau segar. Dari jalan itu rupanya aku diantarkan
kesebuah taman besar yang rupanya mirip dengan taman kerajaan Inggris yang
sering aku lihat di berbagai film.
Gambarannya,
terdapat beberapa bangku taman di pinggir taman. Di tengahnya terdapat sebuah
air mancur besar yang dikelilingi oleh
bunga bermekaran berwarna kuning, kebetulan aku lupa nama bunganya. Di setiap
sudut taman tertanam pohon beringin berukuran sedang.
Di ujung jalan
setapak itu, aku langsung disuguhi sebuah kebun yang begitu indah, dengan
berbagai warna-warni: putih, merah, pink dan kuning. Kebun mawar. Disekeliling taman
mawar dilindungi oleh pagar tanaman, di tengah-tengah taman terdapat air mancur
kecil. Kebetulan, saat itu ada beberapa orang yang sedang melakukan foto
pre-wedding.
Setelah berjalan
di jalan setapak, kini aku berjalan di jalan besar beraspal. Dari kejauhan aku
melihat mobil safari sedang mengangkut penumpangnya. Ayah dan nenekku yang
sedari tadi berjalan lebih cepat dari ku dan ibu ku, kini sedang duduk santai
di sebuah pondok. Aku pun menghampirinya.
Setelah berkeliling
taman sekitar 2 jam, aku dan keluargaku bersiap-siap pulang. Jalan yang aku
tempuh selama berkeliling ternyata mengantarkanku kembali ke pintu masuk tadi. Ternyata
pintu masuk dan keluar tidak terlalu jauh.
Gapura yang tadi
menyambutku, kini mengucapkan “sampai jumpa.” Hari yang semakin sore, membuat
jalan pelosok itu makin ramai, becek karena grimis, dan banyak orang yang
membeli sayur mayur dipedagang sayur pinggir jalan.
Hari semakin
gelap, energiku semakin berkurang. Lama kelamaan mataku sayu. Makin berat dan
makin berat. Tanpa disadari aku tertidur karena rasa lelah.
Nandya Utami Putri Bachtiar
11140110135
Tidak ada komentar:
Posting Komentar