Selasa, 07 Mei 2013

Meraba Taman Bunga Nusantara


Mentari telah menyorotkan sinarnya ke wajahku ketika gorden hendak ku buka. Tepat pukul 07.36 wib aku terbangun, mengumpulkan nyawa dan bergegas meninggalkan tempat favoritku, kasur. Hari Selasa, 17 April 2013 aku dipaksa bolos kuliah dengan alasan:

“Mumpung Ayah di rumah, mumpung ada nenek mu di sini, dan mumpung Ayah mu mau diajak pergi. Jadi, kapan lagi kita pergi ke puncak setelah sekian lama.” Dengan segala ke-mumpungan yang ada Ibu membujuk aku yang tumben-tumbennya bersemangat kuliah saat itu. amat sangat terpaksa, aku bolos.

Pergi ke Puncak tanpa tujuan yang lebih spesifik tentu akan menjadi hambar. Hanya melihat pemandangan pohon cemara, melihat luasnya kebun teh atau tergiur dengan berbagai makanan khas sunda di sana. Mendengar kata Puncak teringat pula dengan Taman Safari. Namun sayangnya, gerbang Taman Safari sudah terlewatkan. Akhirnya, saya dan keluarga memilih Taman Bunga Nusantara sebagai pilihan terakhir.

Sudah melewati Taman Safari, sudah juga melewati Puncak pas. Menuju Taman Bunga Nusantara membutuhkan waktu yang cukup lama dari Puncak pas. Keberadaannya yang sedikit terpelosok, jalanan yang hancur dan banyaknya penjual sayur mayur dan buah-buahan mungkin yang menyebabkan akses jalan menuju Taman Bunga Nusantara ini membutuhkan waktu yang cukup lama.

Sebuah gapura besar berwarna hijau tua berdiri tegak menyambut kedatangan para pengunjung. Bertuliskan Taman Bunga Nusantara berwarna putih yang sudah memudar. Aku memasuki sebuah gerbang besar yang dijaga oleh seorang petugas berseragam hijau disertai topi, sepatu boots dan atribut lainnya. Petugas mirip seperti ABRI. Karena menggunakan mobil, aku dikenai biaya Rp5.000 per mobil belum termasuk orang di dalamnya. Ya, istilah lainnya biaya untuk parkir mobil.

setelah melewati gerbang, mata dan telinga sudah dialihkan dengan sebuah patung angsa berukuran besar yang dibaluti oleh rangkaian tamanan rumput-rumputan dan bunga warna-warni serta suara yang menyerupai binatang aslinya. Parkiran tampak tak ramai dengan mobil para pengunjung. Namun, tidak lama ketika saya hendak membeli tiket masuk, sebuah rombongan dengan dua mobil datang tapi tetap tidak begitu meramaikan Taman Bunga Nusantara.

Perjalananku di Taman Bunga Nusantara pun dimulai. Untuk memasuki Taman Bunga Nusantara hanya dikenakan Rp 25.000 per kepala. Bila ingin berkeliling Taman dengan menggunakan mobil safari pengunjung hanya dikenakan Rp 35.000 per kepala. Karena saya ingin menikmati Taman Bunga ini lebih dalam, saya memilih berkeliling taman dengan berjalan kaki.

Taman Bunga Nusantara diresmikan oleh ibu Tien Soeharto pada 10 September 1993. 

Setelah melewati pintu masuk pengunjung langsung dihidangkan oleh sebuah taman luas dengan beragam warna-warni bunga yang dibuat beragam bentuk. Yang aku lihat pertama kali saat memasuki Taman bunga adalah sebuah kolam panjang yang di ujung kolam terdapat air terjun mini disertai bunga-bunga yang bermekaran berwarna-warni mengelilingi kolam tersebut.

Menoleh sedikit pandangan ku ke sebelah kanan, mataku kembali dimanjakan dengan sebuah taman yang berbentuk buruk merak. Dimana bagian kepala burung merak itu dibuat 3D dan bagian buntut dihiasi dengan bunga berwarna merah. Persis seperti burung merak sesungguhnya.

Tidak jauh dari taman burung merak, terdapat taman masih dengan konsep 3D dimana tanaman dan bunga dibentuk menyerupai dua dinosaurus yang sedang bertatap-tatapan. Dari kejauhan aku juga bisa melihat taman yang tanaman dan bunganya dibentuk menyerupai binatang lainnya.

Belum merasa puas melihat indahnya Taman Bunga Nusantara, aku pun melanjutkan perjalananku mengelilingi taman-taman bunga disekitarnya. Aku menemukan sebuah danau buatan yang ukurannya cukup besar. Di hiasi dengan rintik-rintik gerimis yang tergambar di air danau, aku melihat tiga angsa berwarna hitam sedang berbaris berenang di pinggiran danau. Tidak jauh dari situ, aku melihat tiga angsa berwarna putih sedang berenang-berenang di tengah danau.

Masih merasa penasaran, aku kembali melanjutkan perjalananku. Di sana udara amat sangat sejuk. Wangi rerumputan basah sangat tercium. Suara air mengalir juga sangat terdengar merdu. Suasana damai sangat terasa. Aku melewati jalan setapak yang di sebelah kanan kirinya terdapat pohon beringin. Rerumputan sekitar jalan setapak pun berwarna hijau segar. Dari jalan itu rupanya aku diantarkan kesebuah taman besar yang rupanya mirip dengan taman kerajaan Inggris yang sering aku lihat di berbagai film.

Gambarannya, terdapat beberapa bangku taman di pinggir taman. Di tengahnya terdapat sebuah air mancur besar  yang dikelilingi oleh bunga bermekaran berwarna kuning, kebetulan aku lupa nama bunganya. Di setiap sudut taman tertanam pohon beringin berukuran sedang.

Di ujung jalan setapak itu, aku langsung disuguhi sebuah kebun yang begitu indah, dengan berbagai warna-warni: putih, merah, pink dan kuning. Kebun mawar. Disekeliling taman mawar dilindungi oleh pagar tanaman, di tengah-tengah taman terdapat air mancur kecil. Kebetulan, saat itu ada beberapa orang yang sedang melakukan foto pre-wedding.

Setelah berjalan di jalan setapak, kini aku berjalan di jalan besar beraspal. Dari kejauhan aku melihat mobil safari sedang mengangkut penumpangnya. Ayah dan nenekku yang sedari tadi berjalan lebih cepat dari ku dan ibu ku, kini sedang duduk santai di sebuah pondok. Aku pun menghampirinya.

Setelah berkeliling taman sekitar 2 jam, aku dan keluargaku bersiap-siap pulang. Jalan yang aku tempuh selama berkeliling ternyata mengantarkanku kembali ke pintu masuk tadi. Ternyata pintu masuk dan keluar tidak terlalu jauh.

Gapura yang tadi menyambutku, kini mengucapkan “sampai jumpa.” Hari yang semakin sore, membuat jalan pelosok itu makin ramai, becek karena grimis, dan banyak orang yang membeli sayur mayur dipedagang sayur pinggir jalan.

Hari semakin gelap, energiku semakin berkurang. Lama kelamaan mataku sayu. Makin berat dan makin berat. Tanpa disadari aku tertidur karena rasa lelah.

Nandya Utami Putri Bachtiar
11140110135

Tidak ada komentar:

Posting Komentar