Suara pintu terdengar rusuh. Aku keluar rumah hanya mengenakan celana pendek berwarna merah dengan atasan kaos lusuh berwarna putih. Berniat menyambut kedatangan seseorang yang sebelumnya memintaku untuk keluar rumah via BBM.
Dari jauh, aku sudah bisa melihat mobil Grand Livina berwarna abu berjalan ke arah rumahku. Buru-buru aku menghampirinya, menunggu di depan pagar sambil tersenyum lebar. Sikap itulah yang wajib aku lakukan, setiap aku bertemu dengannya. Harus terlihat gembira, senyum, tidak mengerut, dan tidak cembetut.
Aku seketika tertawa, setelah mobil abu-abu berhenti tepat di depanku. Seseorang di balik kaca mobil ikut tertawa sambil berlagak seperti orang yang menutup-nutipi mukanya.
"Gila ! Pendek banget rambutmu" seruku bersemangat.
Pria itu hanya meresponnya dengan senyum nanggung.
"Tapi gak apa-apa, bagus kok" ucapku lagi.
Pria itu lagi-lagi hanya merespon secara non-verbal.
"Kalo diliat-liat, rambutmu kaya ABRI" ujarku sambil mengelus rambutnya.
Pria itu mengangguk.
"Kenapa gak sekalian dibotakin aja ? Biar tambah mirip ABRI" tanyaku jail.
"Gila lo ! Ya gak panteslah, kepalaku peyang" jawab pria itu pada akhirnya.
Aku tertawa. kalau dilihat dengan benar-benar, rambutnya memang terlalu pendek. Namun, apa boleh buat. Walau dengan rambut barunya, ia masih terlihat seperti dirinya; mata sipit, hidung yang mancung bila dilihat dari samping, bibir tebal yang tak berbentuk, dan 11 tahi lalat yang ada di mukanya. semua tampak sama. Hanya rambut ABRInya yang membuat ia terlihat lebih gemuk.
Namun, yang paling penting, bagaimana pun paras atau model rambut pria ini tidak mengurangi rasa cinta yang tertanam dalam diriku sejak empat tahun yang lalu.
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar