Jumat, 01 Maret 2013

Aksi Grafiti Awal Kebangkitan Kenya


Negara yang aman, tentram dan sejahtera, mungkin hanyalah sebuah angan-angan bagi Negara Kenya, khususnya bagi warga Kenya. Sebagian besar warga Kenya hidup di bawah tingkat kemiskinan $1 per hari. Diperkirakan bahwa sampai $1 BN yang hilang, diakibatkan karena korupsi yang dilakukan oleh para petinggi negara.
Menyusul terpilihnya kembali Presiden Kibaki pada bulan Desember 2007, lebih dari 1.100 orang tewas dan sampai 600.000 terpaksa dipindahkan. Tidak aada sedikit keindahan yang terlihat di Negara Kenya, yang terlihat hanyalah ketidak bebasan, ketakutan, kekerasan dan keterpurukan.
Seorang warta foto sekaligus saksi mata dari peristiwa-peristiwa kekerasan yang terjadi di negara Kenya, Boniface Mwangi (29), mencoba beralih dari pekerjaannya menjadi seorang aktivis. tergerak hatinya untuk membangkitkan kembali negara Kenya yang sudah cukup lama berselimut keterpukurkan. Bukan dengan aksi kerusuhan, namun dengan aksi yang berbeda.
Langit gelap. Jam digital dalam video menunjukan pukul 08.00 malam di Nairobi, Kenya. Terdapat lima orang laki-laki berkulit hitam bergelombol mengelilingi sebuah meja kerja. Rupanya, mereka adalah Boniface bersama dengan timnya. Mereka tampak sibuk beradu argumetasi, mengumpulkan pemikiran dan mengemasnya menjadi satu. Mereka mempersiapkan aksi ilegal pertama mereka dalam masalah korupsi politik.
Ada adrenalin dan ada kegugupan. Mereka sudah tidak punya banyak waktu dan mereka akan terus maju walau aksi ini ilegal. Ibaratnya, walau mereka hanya memiliki satu tangga padahal yang dibutuhkan lima tangga, mereka masih bisa menggunakannya.
Warga kenya mengeluh banyak tentang korupsi, impunitas, perampasan tanah, tapi mereka belum pernah melakukan pergerakan apapun. Inilah saatnya, Boniface dan timnya berusaha untuk mewujudkan keinginan warga Kenya.
Malam makin larut. Boniface beserta timnya sampai di Central Nairobi pukul 10.00 malam. Tanpa membuang-buang waktu, mereka mulai menjalankan aksi mereka yang dikomandani oleh Boniface Mwangi. Masing-masing orang dalam tim mempunyai peranannya sendiri dalam aksi ini.
Mereka tampak kompak dan bekerja sama. Aksi pertama mereka ini, merupkan aksi yang yang dilakukan secara verbal, namun non verbal karena mereka menuangkannya dalam sebuah grafiti atau yang biasa kita kenal dengan lukisan dinding. Dengan sebuah gambar yang ditembakan oleh sebuah proyektor ke dinding, mereka mulai mencoret tembok dengan menggunakan pilox warna yang sesuai dengan gambar yang sudah direncanakan sebelumnya. Gambar yang ditonjolkan dalam grafiti tersebut adalah seekor burung pemakan bangkai yang sedang duduk di kursi raja.
“Jadi, kami menggunakan seni untuk memberita tahu mereka, bahwa kita tahu siapa mereka... kami tahu, mereka adalah penjahat dan kami berjuang untuk merebut kembali negara kami,” ucap Mwangi.
Pembuatan grafiti malam tadi berhasil dilakukan karena Boniface dan timnya berhasil menghindari perhatian polisi.
Malampun berganti pagi. Pukul 07.00 warga Kenya yang berlalu lalang mengalihkan perhatiannya kepada grafiti yang menuliskan kata-kata protes kepada Burung Bangkai, sebutan bagi para anggota parlemen.
Terdengar beberapa komentar manis dan pahit yang dilontarkan dari bibir para warga sekitar. Ada yang mengatakan ini adalah wajah baru Kenya, ada yang berkata aksi ini akan membawa kekacauan kembali ke Kenya, ada juga yang mengatakan bahwa ini mengungkap kebenaran. Semua tergantung pada pandangan masing-masing warga Kenya yang melihatnya.
Satu, dua, tiga hari pun berlalu. Hingga seminggu setelah dilaksanakannya aksi ilegal tersebut, grafiti kemudian menjadi berita Nasional, sehingga polisi mulai mencari mereka yang bertanggung jawab atas aksi ilegal ini.
Setelah aksi pertama terlaksana, Boniface didekati oleh beberapa politisi. Mereka mengajak bekerjasama. Mereka akan memberikan uang, dan menjanjikan masa depan. Namun, Boniface menolaknya.

Nandya Utami Putri Bachtiar
11140110135
Jurnalistik 2011

2 komentar: