Negara
yang aman, tentram dan sejahtera, mungkin hanyalah sebuah angan-angan bagi
Negara Kenya, khususnya bagi warga Kenya. Sebagian besar warga Kenya hidup di
bawah tingkat kemiskinan $1 per hari. Diperkirakan bahwa sampai $1 BN yang
hilang, diakibatkan karena korupsi yang dilakukan oleh para petinggi negara.
Menyusul
terpilihnya kembali Presiden Kibaki pada bulan Desember 2007, lebih dari 1.100
orang tewas dan sampai 600.000 terpaksa dipindahkan. Tidak aada sedikit
keindahan yang terlihat di Negara Kenya, yang terlihat hanyalah ketidak
bebasan, ketakutan, kekerasan dan keterpurukan.
Seorang
warta foto sekaligus saksi mata dari peristiwa-peristiwa kekerasan yang terjadi
di negara Kenya, Boniface Mwangi (29), mencoba beralih dari pekerjaannya
menjadi seorang aktivis. tergerak hatinya untuk membangkitkan kembali negara
Kenya yang sudah cukup lama berselimut keterpukurkan. Bukan dengan aksi
kerusuhan, namun dengan aksi yang berbeda.
Langit
gelap. Jam digital dalam video menunjukan pukul 08.00 malam di Nairobi, Kenya.
Terdapat lima orang laki-laki berkulit hitam bergelombol mengelilingi sebuah
meja kerja. Rupanya, mereka adalah Boniface bersama dengan timnya. Mereka
tampak sibuk beradu argumetasi, mengumpulkan pemikiran dan mengemasnya menjadi
satu. Mereka mempersiapkan aksi ilegal pertama mereka dalam masalah korupsi
politik.
Ada
adrenalin dan ada kegugupan. Mereka sudah tidak punya banyak waktu dan mereka
akan terus maju walau aksi ini ilegal. Ibaratnya, walau mereka hanya memiliki
satu tangga padahal yang dibutuhkan lima tangga, mereka masih bisa
menggunakannya.
Warga
kenya mengeluh banyak tentang korupsi, impunitas, perampasan tanah, tapi mereka
belum pernah melakukan pergerakan apapun. Inilah saatnya, Boniface dan timnya
berusaha untuk mewujudkan keinginan warga Kenya.
Malam
makin larut. Boniface beserta timnya sampai di Central Nairobi pukul 10.00
malam. Tanpa membuang-buang waktu, mereka mulai menjalankan aksi mereka yang
dikomandani oleh Boniface Mwangi. Masing-masing orang dalam tim mempunyai
peranannya sendiri dalam aksi ini.
Mereka
tampak kompak dan bekerja sama. Aksi pertama mereka ini, merupkan aksi yang
yang dilakukan secara verbal, namun non verbal karena mereka menuangkannya
dalam sebuah grafiti atau yang biasa kita kenal dengan lukisan dinding. Dengan
sebuah gambar yang ditembakan oleh sebuah proyektor ke dinding, mereka mulai
mencoret tembok dengan menggunakan pilox warna yang sesuai dengan gambar yang
sudah direncanakan sebelumnya. Gambar yang ditonjolkan dalam grafiti tersebut
adalah seekor burung pemakan bangkai yang sedang duduk di kursi raja.
“Jadi,
kami menggunakan seni untuk memberita tahu mereka, bahwa kita tahu siapa
mereka... kami tahu, mereka adalah penjahat dan kami berjuang untuk merebut
kembali negara kami,” ucap Mwangi.
Pembuatan
grafiti malam tadi berhasil dilakukan karena Boniface dan timnya berhasil
menghindari perhatian polisi.
Malampun
berganti pagi. Pukul 07.00 warga Kenya yang berlalu lalang mengalihkan
perhatiannya kepada grafiti yang menuliskan kata-kata protes kepada Burung
Bangkai, sebutan bagi para anggota parlemen.
Terdengar
beberapa komentar manis dan pahit yang dilontarkan dari bibir para warga
sekitar. Ada yang mengatakan ini adalah wajah baru Kenya, ada yang berkata aksi
ini akan membawa kekacauan kembali ke Kenya, ada juga yang mengatakan bahwa ini
mengungkap kebenaran. Semua tergantung pada pandangan masing-masing warga Kenya
yang melihatnya.
Satu,
dua, tiga hari pun berlalu. Hingga seminggu setelah dilaksanakannya aksi ilegal
tersebut, grafiti kemudian menjadi berita Nasional, sehingga polisi mulai
mencari mereka yang bertanggung jawab atas aksi ilegal ini.
Setelah
aksi pertama terlaksana, Boniface didekati oleh beberapa politisi. Mereka
mengajak bekerjasama. Mereka akan memberikan uang, dan menjanjikan masa depan.
Namun, Boniface menolaknya.
Nandya Utami Putri Bachtiar
11140110135
Jurnalistik 2011
Bila dimulai dari paragraf ke-5 akan lebih menarik...
BalasHapusOkey Pak, terima kasih atas masukannya :)
BalasHapus