Rabu, 26 Oktober 2011

Love Letters

Di sebuah ruang kelas, terlihat seorang gadis cantik, berkulit putih sedang melamun menghadap ke arah papan tulis.

“Cel…? Celline…?”, Shannon memanggil sambil melambai-lambaikan tangannya di depan muka Celline.

Celline tetap diam, melihat ke satu titik dengan tangan menopang dagu, menandakan bahwa ia sedang melamun.

“CELLINE ?!”, Teriak Shannon sambil menyentuh bahu Celline sedikit keras, Celline pun kaget dan ia mengelus-elus dadanya, “dasar pelamun maniak! Mikirin apa sih?”, Seru Shannon sambil menaruh tas sekolahnya di bangku sebelah Celline.

“Nggak, ga mikir apa-apa”

“oooh…”, Shannon pun duduk di sebelah Celline dan mengeluarkan sebuah surat beramplop pink polos dari tasnya, “ini buat lo, gue ga tau dari siapa, abis disini ga tertera namanya dari siapa, yang ada cuma nama lo doang”, Shannon memberikan surat itu kepada Celline.

“Lo dapet dari mana ?”, Celline mengangkat sebelah alisnya sambil membuka surat tersebut dengan cepat-cepat karena penasaran.

“Kemarin, pas pulang gue ngeliat surat itu jatuh dari tumpukan buku yang lo bawa, pas gue mau manggil lo, elo-nya udah keburu pergi, so gue bawa pulang aja suratnya”, Shannon menjelaskan.

Celline pun membaca surat tersebut tanpa memperdulikan panjelasan Shannon.

Dear Celline,

Semenjak aku melihat kamu untuk petama kalinya, aku ingin sekali berkenalan denganmu. Senyummu sangat mempesona, membuat aku semakin ingin mengenalmu dan selalu berada di depanmu menunggu senyuman itu datang dari wajahmu…

Salam kagum untukmu,

My Celline

Celline terdiam, ia bertanya-tanya siapa yang telah memberinya surat dengan kata-kata yang semanis ini, “kata-katanya manis banget”.

“kenapa Cel?”, tanya Shannon.

“Kata-katanya manis banget Shann, bikin gue meleleh”, jawab Celline lemas, “kira-kira siapa ya yang ngasih surat ini ?”

“coba sini gue liat”, Shannon langsung merebut surat itu dari tangan Celline. Selesai ia membaca, ia berkata, “elo bener banget Cell, ini surat ngebuat gue meleleh, walaupun gue tau ini surat bukan untuk gue”.

“tapi Shann, dari siapa ya kira-kira?”,tanya Celline.

“ya dari penggemar rahasia lo”

***

keesokannya, Celline masih tetap memikirkan tentang surat cinta yang dikirim untuknya, dipikirannya terdapat pertanyaan besar mengenai ‘siapa orang yang mengirim surat cinta itu untuk Celline?’. Sesampainya ia di sekolah, ia berjalan menelusuri koridor menuju kelasnya, dengan menggunakan seragam rok pendek kotak-kotak merah, kemeja putih plus dengan dasi pita dan bando pita berwarna hitam menghiasi rambutnya yang panjang terurai dan sedikit bergelombang membuat Celline terlihat manis.

Sesampainya di kelas, Celline menaruh tasnya di bangku dimana ia biasa duduk bersama sahabatnya Shannon dan saat matanya mengarah keatas meja, ia melihat sebuah amplop pink dan sebatang mawar merah yang tergeletak manis di atas mejanya, “surat?”, bisik Celline, ia membuka amplop pink tersebut dan mulai membacanya perlahan.

Dear Celline,

Sehari saja ku lewati tanpa melihat dirimu, membuat aku seperti tak ada gairah untuk melewati hari esok. Aku merindukan wajahmu yang merah merona dan yang paling aku rindukan adalah senyummu yang mempesona. Tak bosan aku katakan, bahwa aku ingin sekali berdiri di hadapanmu dan mamandangi wajahmu, untuk menunggu senyuman manis yang terukir dibibirmu…

Salam kagum untukmu,

My Celline

Celline amat sangat dibuat penasaran, ia bertanya-tanya dalam benaknya siapa orang di balik surat ini. Celline bukanlah tipe perempuan yang suka dibuat penasaran oleh seorang pria.

Sekarang masih pukul 06:45 pagi, teman-teman Celline pun belum ada yang datang termasuk Shannon sahabatnya. So, surat itu bukan dari salah satu teman sekelasnya.

“haaah, siapa sih yang ngasih surat ini ke gue ?? bikin stress aja!”, seru Celline sedikit kesal. Saking kesalnya Celline berdiri sambil menghentakan kakinya kelantai dan ia pun keluar kelas, berniat untuk menunggu Shannon di dekat gerbang masuk.

Ia berjalan sambil membaca ulang surat itu dan tiba-tiba.. “ADUH!”, teriak Celline kesakitan dan ia pun terjatuh. Orang yang bertabrakan dengan Celline tidak berkomentar apa pun.

“Sorry.. sorry.. gue ga ngeliat”, ucap Celline sambil berusaha berdiri dan orang itu pun tetap diam sambil memandang wajah Celline. Celline pun memandang balik orang itu dengan perasaan bingung, dan bertanya-tanya dalam hatinya, apa yang terjadi dengan orang ini, sehingga dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun, apa mungkin orang itu marah kepada Celline?, “lo ga kenapa-kenapa kan ??”,tanya Celline merasa bersalah.

“Nggak kok, ga kenapa-kenapa… Cuma tolong banget ya, gue pesen aja ya sama lo, kalo lo lagi jalan cepet kaya tadi, jangan sambil baca”, ucap cowok itu ketus dan langsung berjalan meninggalkan Celline.

“ALDO !!”, teriak seseorang dari kejauhan memanggil cowok ketus itu. Pria ketus itu ternyata bernama Aldo. Aldo pun menghampiri temannya sambil memandang sinis kearah Celline dan mereka berjalan menjauhin Celline.

Celline terus memandangi Aldo yang sedang berjalan, tidak tau kenapa, jantung Celline berdegup dengan kencang, dan tiba-tiba, “DOR !”, Shannon mengagetkan.

“Shannon ! bikin kaget aja nih…”, Celline mengelus-elus dadanya.

“Abis, pagi-pagi gini lo udah ngelamun aja… ngomong-ngomong ngapain lo disini?”, tanya Shannon.

“Gue mau nungguin lo tau! oiya Shann, gue dapet surat lagi”, Celline memberikan surat itu kepada Shannon.

“gila nih orang, misterius banget.. bikin penasaran aja”, ucap Shannon sambil berjalan bersama Celline menuju kelas.

Sesampainya dikelas, Shannon melihat setangkai bunga mawar tergeletak diatas meja Celline dan ia berkata, “dia ngasih lo bunga mawar juga ?”

Celline menganggukan kepalanya.

***

Tiga hari telah berlalu. Celline yang sedang asik memotret pemandangan di sekitar sekolah tidak memedulikan teriknya matahari. Saat Celline sedang memotret pemandangan di sekitar danau dekat gedung sekolahnya, tiba-tiba sesosok laki-laki tinggi datang menghampiri Celline, “gue mau liat dong, hasil jepretan lo Cell…”, ucap cowok itu ramah.

Celline pun sedikit kaget melihat kedatangan cowok itu dan berkata dengan suara kecil, “Aldo?”, Lalu Celline berdiam, jantungnya pun perlahan berdegup semakin kencang, ia terpesona melihat Aldo yang tinggi, putih, tampan dan cewek-cewek satu sekolah bilang bahwa dia mirip dengan artis tampan Marcel Chandrawinata. Celline pun mulai melamun.

“Celline ..?”, ucap Aldo sambil melambaikan tangannya di depan muka Celline.

“Ha ? apa ? kenapa ?”, Celline menggelengkan kepala, mengaburkan lamunannya.

“gue mau liat hasil jepretan lo..”

“Oh… boleh boleh”, jawab Celline sambil memberikan kamera LSR-nya..

Mereka berjalan mencari tempat yang adem dan merek memutuskan untuk duduk di dibawah pohon yang sangat rindang dengan pemandangan sebuah danau yang cukup besar. Mereka pun mulai asik berbincang-bincang.

“Cell, sorry ya, 3 hari yang lalu gue ketus banget sama lo”, ucap Aldo menyesal.

“ha? Yang mana ??”, ucap Celline sambil mengingat-ingat kejadian tiga hari yang lalu, “Oh iya gue inget! gapapa ko.. santai aja lagi.. lagiankan waktu itu salah gue juga ..”, Celline tersenyum lebar.

“CELLINE!!”, teriak Shannon dari kejauhan, melambai-lambaikan tangannya, sambil menunjukan sebuah surat.

Celline yang melihatnya langsung berkata, “Do, gue kesana sebentar ya.. temen gue manggil”, Celline berdiri sambil mengelap-elap bagian belakang rok sekolahnya, kemudian ia berlari menuju shannon.

“Ada surat lagi buat lo.. dan dia ngasih coklat ini”, Shannon memberikan suratnya lalu memberikan coklatnya.

Dear Celline,

Akhirnya Tuhan mendengarkan do’aku. aku bisa melihat keindahan wajahmu lebih dekat, walau hanya sebentar.. Kau sungguh bagaikan Malaikat yang turun sehabis hujan.

Salam kagum untukmu,

My Celline

Selesai ia membaca, ia melipat suratnya dan memasukannya kedalam amplop seperti semula, “maunya apa sih nih orang?”, ucap Celline dalam hati dengan persaan kesal, “gue udah males ah ngurusin surat-surat cinta tuh orang, bikin gue muak! Dia kira gue seneng apa dibikin penasaran gini !”, ucap Celline kesal, “dan ini coklatnya, buat lo aja ! gue….Ga mau makan coklatnya”, Celline memberikan coklatnya kepada Shannon.

Celline membalikan badannya ke arah pohon tempat ia berteduh dan ia berkata, “Loh.. Aldo kemana ??”, Celline pun berlari mendekati pohon itu sambil melihat kesekeliling mencari Aldo yang tiba-tiba menghilang. Celline kembali menghampiri Shannon, “Shann, lo ga liat Aldo pergi ?”, Tanya Celline dengan napas ngos-ngosan.

“ngga Cel, ga liat”, jawab Shannon sambil menggelengkan kepalanya, “Mending kita cari kedalem sekolah, siapa tau dia kebelet pipis, jadi dia buru-buru masuk ke toilet sekolah”, ucap Shannon sambil memegang tangan kanan Celline dan menariknya.

“Yaudah yu”

Sesampainya mereka di lobby, Celline tetap memperhatikan sekeliling lobby untuk mencari-cari Aldo.

“Cel, gue ke kamar mandi ya… kebelet pipis”

“Yaudah, gue tunggu kelas aja ya”

Shannon menganggukan kepalanya.

Celline berjalan menuju kelas dan sesampainya ia di depan kelas, ia melihat seseorang sedang mengendap-endap menghampiri tempat duduk Celline seperti ingin mencuri. Celline pun tidak tinggal diam dan ia menghampiri orang tersebut, “HEH ! mau ngapain lo ?”, Ucap Celline lantang sambil memukul keras bahu orang tersebut. Orang itu kaget dan menjatuhkan amplop berwarna pink yang biasa Celline terima dari pengagum rahasianya.

“aldo !?”, ucap Celline kaget, kemudian melihat amplop pink yang biasa ia terima jatuh tepat di depan kakinya dan langsung mengambilnya, “Jadi, selama ini elo yang ngasih surat ini ke gue ?”, ucap Celline kesal, “gila! lo kira enak dibuat penasaran kaya gini ? gara-gara surat lo ini, gue jadi kepikiran terus. Jangan-jangan surat ini cuma iseng-iseng doang buat mainin perasaan gue! Jahat lo!”, Celline pun beranjak pergi, dengan cepatnya Aldo menarik tangan Celline.

“Celline, lo salah paham.. gue…. Gue….”

“gue apa ? ngga bisa ngejelasin kan lo!? Udah lah, gue males ngeliat lo !”, Celline melepas paksa tangannya dari genggaman Aldo, kekesalan yang sudah melewati batas maksimal membuat Celline meneteskan air matanya. Aldo yang merasa bersalah hanya bisa diam, tidak bisa menjelaskan.

Celline pergi menuju tepi danau. Sesampainya Celline disana, ia berkata, “gue sebel! Gue sebel! Hiks… hiks..”, ia menangis sambil melempar satu persatu batu kecil yang ia pegang ke danau. Tiba-tiba Aldo datang dan langsung memegang tangan Celline. Celline yang kaget langsung memalingkan mukanya.

“Maafin aku ya Cell….”, Aldo mulai membuka mulutnya, “Aku ga bermaksud buat kamu penasaran, aku minta maaf ya Celline”, Aldo memegang dagu Celline dan menghadapkan muka Celline kearahnya.

Celline tetap diam.

“Tentang surat itu, aku gak berniat mainin perasaan kamu Cell. Isi dari semua surat itu bener apa adanya, Aku suka sama kamu, bahkan sekarang aku sayang sama kamu. Aku bingung caranya buat ngedeketin kamu. Karena itu aku ngirim surat ke kamu”, Ucap Aldo panjang lebar, “kalo kamu ga mau maafin aku gapapa ko, aku ngerti”, Aldo pun pasrah.

Celline menghela napas dan berkata sambil menahan tangis,”kamu bohong ya? kalo kamu suka samaku, kenapa waktu kita tabrakan, kamu ketus samaku ?”.

“Itu karena aku…. Aku….. Mau liat muka kamu lebih lama lagi. Dengan cara aku ngomelin kamulah aku bisa ngeliat muka kamu lebih lama”, ucap aldo sambil memegang kedua pipi Celline, “maafin aku ya?”, bisik Aldo.

Celline tetap diam sambil berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya.

“Maafin aku ya Celline”, bisik Aldo sekali lagi.

Sedikit demi sedikit, hati Celline sudah mulai bisa menerima alasan-alasan yang telah Aldo jelaskan.

“Iya, aku maafin”, Celline memandang Aldo penuh arti, “kalo boleh aku jujur, waktu kamu ngasih surat untuk yang pertama kalinya, aku langsung suka sama tulisan kamu dan aku juga langsung suka sama kamu, walaupun aku belum tau kamu itu siapa”, Celline melepaskan tangan Aldo dari pipinya dan menundukan wajahnya karena malu.

“Tapi pas kamu tau itu aku, kamu masih tetep suka kan?”, Canda Aldo.

“ih…… apaan sih GR banget”, Celline tertawa.

“Cell, ada yang mau aku tanyain”, Ucap Aldo dengan muka yang serius ia terlihat lebih tampan dari biasanya.

“apa?

“kamu mau jadi pacar aku?”, Aldo menggenggam kedua tangan Celline dengan erat.

“ha ? apa ? aku ga denger..”, Celline pura-pura tidak dengar.

“CELLINE, KAMU MAU GA JADI PACAR AKU?”, teriak Aldo.

“ssttttt……. Gak usah teriak juga kali…”, Celline menempelkan jari telunjuknya ke bibir Aldo.

“Jawab dong”

“hmm…… iya aku mau jadi pacar kamu”, jawab Celline sambil mengeluarkan senyumannya yang extra manis.

“beneran ??” tanya Aldo tidak percaya.

“Iya”, jawab Celline sambil menganggukan kepalanya.

Aldo yang merasa bahagia langsung memeluk tubuh Celline yang kecil dengan erat, “Cell, jangan nangis lagi ya, aku gak mau liat kamu nangis lagi”, Aldo menghapus bekas air mata yang mengalir ke pipi Celline yang kepink-pink-an.

Celline menganggukan kepalanya lalu ia tertawa dengan lega.

“CELLINE !?”, teriak Shannon dari kejauhan, lalu ia pun mendekati mendekati mereka berdua dan berkata, “jadi…. Elo yang ngasih surat itu buat Celline ??”.

Aldo hanya tersenyum lebar.

“terus…….. lo berdua udah jadian ??”, tanya Shannon lagi.

Aldo pun merangkul bahu Celline dan mereka berdua berteriak, “IYAA….!”.

14 october 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar