Duduk
santai dekat jendela di perpustakaan Universitas Multimedia Nusantara, laki-laki
ini berbadan sedikit membungkuk tidak berisi, kulitnya putih, bermata sipit menggunakan
kacamata berbingkai hitam. Dia mengenakan kaus berwarna dasar putih dengan
bawahan celana jeans dan sepatu sporty.
Sebelumnya, aku pernah menghubungi pria berkacamata ini. Meminta dia
untuk mau diwawancarai mengenai suatu yang unik yang ada di Universitas
Multimedia Nusantara, yang terjadi di fakultas Design Komunikasi Visual. Dia
bukanlah mahasiswa yang terbilang aktif, bahkan baru kali ini aku melihat
sosoknya di kampus ini.
Dilihat dari kesan pertama ketika
bertemu dengan pria ini, dia adalah pria yang sangat ramah, suaranya ngebass namun terdengar sopan. Dia
sangat friendly meski tampangnya tidak sesuai karena dia terlihat seperti pria
yang terlalu sering belajar, yang kutu buku.
Namanya adalah Nathan Putera Santoso.
Pria yang akrab dipanggil Nathan ini adalah salah satu mahasiswa Design
Komunikasi Visual 2010. Tidak ada yang
menyangka bahwa mahasiswa yang terlihat seperti kutu buku ini adalah Si
Pencipta “Kertas Sakti”.
Istilah “Kertas Sakti” memang terasa
asing terdengar di telinga mahasiswa/mahasiswi kebanyakan, namun berbeda dengan
mahasiswa/mahasiswi Design Komunikasi Visual 2010 istilah “Kertas Sakti” sudah
tidak asing lagi bagi mereka.
Nathan menyenderkan badannya, ia
terlihat sangat relax dan ia mulai menceritakan awal mula kemunculan Kertas
Sakti yang tersebar di kampus Universitas Multimedia Nusantara, khususnya di
Fakultas Design Komunikasi Visual.
Pria keturunan Chinese ini mengaku bahwa
ia menciptakan “Kertas Sakti” ini
bermula dari kebiasaannya sejak duduk di bangku SMA. Nathan yang sewaktu itu
tidak bisa belajar dari buku cetak yang biasa dipakai, akhirnya ia menulis
ulang dan membuatnya menjadi sebuah rigkasan. Tidak ingin rangkumannya ia baca
sendirian, akhirnya ia pun membagikan rangkumannya itu kepada teman-teman.
Kebiasaan ini pun ikut terbawa hingga sekarang ia sudah menjadi mahasiswa.
“Kertas Sakti itu sebenernya cuma
berisikan rangkuman seluruh materi perkuliahan yang bersifat teori yang gue
buat sendiri” ucap Nathan menjelaskan apa sebenarnya kertas sakti itu.
Niat Nathan pada awal menciptakan Kertas
Sakti sesungguhnya hanya ingin mempermudah dirinya dalam proses belajarnya di
rumah. Namun, karena Kertas Sakti yang ia buat ternyata bermanfaat juga bagi
teman-teman seperjuangannya, Nathan pun akhirnya berniat selain mempermudah
dirinya dalam proses belajarnya di rumah juga membantu teman-temannya
seperjuangannya.
Niat baik Nathan ini ternyata membawa
dampak negatif bagi sebagian teman-teman seperjuangannya. Dampak negatif dengan
dibuatnya kertas sakti oleh Nathan, membuat teman-temannya itu menjadi ketergantungan
terhadap Nathan. Saat minggu-minggu ujian berlangsung, temena-teman Nathan
cenderung lebih nunggu Kertas Sakti tersebar daripada belajar dari catatannya
mereka masing-masing.
Membuat teman-temannya menjadi
ketergantuangan, Nathan akhirnya menyebarkan Kertas Sakti itu pada malam hari.
“Gue baru nyebarin rangkuman yang gue
buat dalam Kertas Sakti itu pas malemnya. Jadi, anak-anak bisa belajar sendiri
dulu tanpa Kertas Sakti” ujar si pembuat Kertas Sakti.
Dampak negatif lainnya adalah dengan
tersebarnya Kertas Sakti membuat mahasiswa DKV 2010 yang ketergantungan dengan
Kertas Sakti akan belajar dari rangkuman materi-materi yang disebarkan saja.
Padahal, sebagai mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan ilmu-ilmu yang telah
didapatkan selama proses pembelajaran di dalam kelas.
Penyebaran Kertas Sakti biasanya
disebarkan oleh Nathan lewat facebook. Rangkuman materi yang dibuat, ia unggah
ke group Design Komunikasi Visual 2010 UMN di facebook. Anggota group yang ada
di dalamnya pun bebas mengunduh rangkuman materi perkuliahan untuk ujian.
Kehadiran Kertas Sakti pernah
dipermasalahkan. Dulu, banyak yang beranggapan Kertas Sakti adalah sebuah kunci
jawaban dari soal-soal ujian yang akan diujikan. Namun, hal tersebut bisa
dibuktian oleh si pembuat Kertas Sakti bahwa hal tersebut bukanlah hal yang
negatif.
Hal ini juga dibenarkan oleh salah satu
mantan dosen fakultas Design Komunikasi Visual, Bapak Gumelar. Ia adalah salah
satu dosen yang mengetahui adanya Kertas Sakti yang tersebar di kalangan
mahasiswa-mahasiswa yang beliau ajar.
“Selagi Kertas Sakti itu digunakan
secara positif untuk belajar saya setuju. Tapi kalau digunakan misalnya diprint
lalu disembunyikan disuatu tempat, harapannya agar pengawas tidak mengetahui
dan mahasiswa bisa mencontek, jelas saya tidak setuju. Ya, untuk persiapan
belajar sih no problem” jelas Bapak
Gumelar.
Tersebarnya Kertas Sakti dianggap sangat
bermanfaat tentunya bagi sebagian mahasiswa karena dapat membantu proses
belajar sebelum ujian dan mempermudah mereka mendapatkan ragkuman materi selama
pertemuan di kelas, khususnya bagi para mahasiswa yang jarang menyatat bahan
perkuliahan yang dijelaskan dosen saat pertemuan di kelas.
Nathan yang sekarang sudah berada di
ujung semester, sedang sibuk-sibuknya dan mengaku jarang berada di kampus
karena matakuliah yang ia ambil sudah semakin sedikit. Oleh karena itu,
siapakah si pembuat Kertas Sakti selanjutnya? Dan apakah Kertas Sakti masih
akan tersebar? Belum ada yang tahu.